Arsip

Archive for April, 2013

“ALONE” Penyesalan Datang Pada Saat Suami Telah Tiada

alone
Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami.

Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya.

Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri. Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain.

Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun.

Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.

Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku.

Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri.

Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku.

Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.

Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan.

Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku.

Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.
Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak.
Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.

Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi.

Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.
Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan.

Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah.

Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku.

Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan situasi penuh kebencian, aku juga membenci kedua orangtuaku.

Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak.

Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.

Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku.

Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah.

 

Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.

“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.

Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”

 

“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali.

Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon.

Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku.

Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.

Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai.

Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku.

Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.

Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera.

Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung.

Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.

Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku.

Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat.

Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku.

Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya.

Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock.

Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku.

Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.

Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu.
Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas.
Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku.
Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja.
Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku.
Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.
Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya
Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah.
Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.

Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.
Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.
Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.
Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada.
Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu.
Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku.
Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna.
Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit.
Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak.
Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.
Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan.
Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku.

Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku.
Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa.
Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya.
Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini.
Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga.

Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.

Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.

Istriku tersayang,
Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi.
Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.
Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya.
Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja.
Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti.
Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi.
Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak.
Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.

Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini.
Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini.
Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.
Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu.
Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku.
Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!
Terakhir kukatakan melalui surat ini ,aku tahu dan teramat tahu bahwa kamu tak pernah begitu mencintaiku, namun 1 hal yg kuingin kamu tahu bahwa cintaku padamu teramat besar melebihi kebencian mu padaku duhai istriku yang cantik.

Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.
Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya.
Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.

Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi.
Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku.
Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku.
Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.
Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang.

Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”
Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”

Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”

Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua.
Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”

Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.

6 Jenis Ciuman Menggoda

Ciuman pada bagian kaki ternyata tidak kalah seksi.
Berikan ciuman lembut untuk menggoda pasangan

Berikan ciuman lembut untuk menggoda pasangan
Apakah Anda biasa memberikan kecupan untuk pasangan sebelum berangkat ke kantor pagi hari?  Ini memang sangat disarankan untuk membumbui keharmonisan dalam rumah tangga.  Tapi bagaimana dengan ciuman di malam hari untuk pasangan. Tentu Anda harus memberikan ciuman yang tidak biasa untuk menciptakan keintiman.

Perlu tips dan sedikit gerakan menggoda untuk ini, atau Anda tertarik untuk mencoba 6 teknik ciuman ini sebagai hadiah usai makan malam.

1. Ciuman di telinga
Mendaratkan bibir pada bagian telinga, sangat disukai para pria. Namun Anda harus melakukannya dengan lembut, jangan terlalu kasar. Sesekali berikan gerakan yang mengejutkan, Anda juga dapat membisikkan kata- kata mesra.

2. Mencium jemari
Orang menyebutnya dengan finger kiss. Sambil menghabiskan waktu dengan memutar DVD bersama. Coba hangatkan suasana dengan meraih jemari pasangan, berikan ciuman- ciuman lembut di tiap jemari tanggannya.

3. Ciuman di kaki
Ini juga tidak kalah seksi! Manjakan pasangan dengan mencium bagian kaki. Agar lebih rileks, Anda dapat melakukannya setelah mandi.Anggap saja ciuman ini sebagai foreplay untuk sesi selanjutnya.

4. Ciuman super dingin
Kali ini Anda membutuhkan alat bantu, buka lemari es dan ambil balok- balok es batu. Masukkan es ke dalam mulut saat Anda mencium pasangan. Sensasi dingin dari es akan memberi kejutan yang menyenangkan.

5. Ciuman “hot
Kali ini Anda dapat mempraktikkan ciuman dengan efek panas-dingin yang lebih menggoda. Tentunya ciuman ini dilakukan dengan bibir. Berikan ciuman hangat, kemudian berikan sedikit tiupan untuk menyejukkan. Lakukan ini secara bergantian.Dijamin pasangan akan tergoda.

6.Ciuman ‘beraroma”
Saat berciuman, sediakan minuman dingin dengan pilihan rasa, punch misalnya atau vanilla. Anda dapat memilih aroma dan rasa yang disukai pasangan. Ambil sedikit minuman kemudian teteskan ke dalam mulut saat anda berciuman.

Kisah tubuh Soeharto yang wangi cendana

Semasa hidupnya, Mantan Presiden Kedua Republik Indonesia sangat menggemari kayu cendana. Wangi yang ditimbulkan kayu ini memang sangat khas dan bisa membuat siapa saja terbuai.

Cendana, atau cendana wangi, merupakan pohon penghasil kayu cendana dan minyak cendana. Kayunya digunakan sebagai rempah-rempah, bahan dupa, aroma terapi, campuran parfum, serta sangkur keris (warangka). Kayu yang baik bisa menyimpan aromanya selama berabad-abad.

Di Sri Lanka kayu ini digunakan untuk membalsem jenazah putri-putri raja sejak abad ke-9. Di Indonesia, kayu ini banyak ditemukan di Nusa Tenggara Timur, khususnya di Pulau Timor, meskipun sekarang ditemukan pula di Pulau Jawa dan pulau-pulau Nusa Tenggara lainnya.

Konon saking gandrungnya dengan cendana, Soeharto menamai jalan di rumahnya di kawasan Menteng, Jakarta dengan nama Cendana. Seperti diketahui, Soeharto tinggal di Menteng di Jalan Cendana. Bahkan tubuh Soeharto pun wangi cendana.

Hal ini seperti yang diungkapkan Erwan Juhara dalam buku ‘Pak Harto The Untold Stories’ halaman 356. Pertama kalinya Erwan bertemu dengan Presiden Soeharto adalah pengalaman yang tidak terlupakan. Pertemuan pertama itu juga membuat kesan tersendiri dengan sosok Soeharto.

Erwan kala itu di tahun 1996 adalah seorang guru di SMA 1 Maja, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Erwan kemudian mengikuti lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran tingkat nasional. Erwan pun terpilih sebagai nominasi dari 120 guru se-Indonesia dipanggil dan dikarantina di Taman Mini Indonesia Indah.

Erwan ditetapkan sebagai juara kategori SMA dan Muhammad Iqbal dari NTB juara untuk kategori guru SMP. Pada tanggal 26 November 1996, Iqbal menerima hadiah simbolis dari Presiden Soeharto dan Wapres Try Sutrisno. Saat itulah untuk pertama kalinya Erwan dan Iqbal bertemu bertatap muka bahkan sempat berbincang dengan penguasa orde baru itu.

“Iqbal lebih dahulu mencium tangan Soeharto dan berbicara sejenak kepadanya. Tiba giliran tangan saya mencium tangannya. Saya menghirup harum kayu cendana selain wangi tubuhSoeharto yang tidak bisa saya lupakan,” ujar Erwan dalam buku ‘Pak Harto The Untold Stories’ halaman 356.

Saat itu, Soeharto sempat berpesan kepada Erwan. Soeharto juga menyatakan kekagumannya kepada Erwan karena menjadi guru di usia relatif muda.

“Menjadi guru itu harus tekun ya. Kalau nanti wis teken, pastine tekan,” ujar Soehartomenasihati Erwan kala itu.

Erwan hanya bisa tersenyum dan menjawab pendek. “Iya Pak,” jawab Erwan.

Karena kecintaannya pada cendana, Soeharto tidak bisa dilepaskan dari kayu wangi itu. Dan hingga kini ‘Cendana’ sering digunakan oleh pers untuk menyebut sesuatu yang berkaitan dengan Soeharto. Hal ini karena rumah pribadi Soeharto beserta beberapa anaknya terletak di Jalan Cendana, Menteng, Jakarta Pusat.

Kategori:Uncategorized

Soeharto sedih cuma bisa sekolah sampai SMP

Soeharto sedih cuma bisa sekolah sampai SMP

Presiden Soeharto merasa sedih saat mengetahui dirinya tidak bisa melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Soeharto mengetahui hal tersebut setelah dirinya menamatkan sekolah Schakel Muhammadiyah.

Demikian disampaikan Soeharto dalam buku otobiografi ‘Soeharto Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya’ karangan K.H. Ramadhan dan G. Dwipayana.

Saat itu, tidak ada satu pun keluarga yang bisa membantunya untuk melanjutkan sekolah. “Saya masih ingat saja akan apa yang dikatakan ayah saya waktu itu, ‘Nak, katanya, tak lebih dari ini yang dapat kulakukan untuk melanjutkan sekolahmu,” ujar Soeharto.

Soeharto yang saat itu masih hidup kekurangan disarankan sang ayah untuk mencari pekerjaan guna membiayai dirinya sendiri untuk melanjutkan sekolahnya. “Sekarang kamu sebaiknya mencari pekerjaan saja, dan kalau sudah dapat, Insya Allah, kamu dapat melanjutkan pelajaranmu dengan uangmu sendiri,” lanjutnya.

Namun, bagi Soeharto kecil saat itu sangatlah sulit mendapatkan pekerjaan tanpa bantuan seseorang yang mempunyai kedudukan. Soeharto kecil pun berusaha ke sana kemari guna mendapatkan pekerjaan agar bisa melanjutkan pendidikannya tersebut.

Setelah sekian lama berusaha, jalan pun terbuka untuk Soeharto. “Akhirnya saya diterima sebagai pembantu klerek di sebuah Bank Desa. Walaupun saya tidak begitu senang dengan pekerjaan ini, saya anggap lebih baik menjalaninya daripada nganggur,” ujar Soeharto.

Saat menjadi pembantu klerek, Soeharto kecil kerap mengenakan pakaian Jawa lengkap dengan kain blangkon dan baju beskap. Dengan menaiki sepeda, dirinya bersama sang klerek menyambangi sejumlah kantor lurah guna menampung permintaan warga yang menginginkan pinjaman.

Kendati menjalani profesinya dengan setengah hati, Soeharto kecil pun tetap ingin total dalam bekerja. Alhasil, dirinya pun kerap belajar pembukuan dengan mantri Bank Desa yang bernama Kamin. Soeharto yang cerdas pun sudah menguasai seluruh pembukuan dalam waktu kurang dari dua bulan.

Di samping itu, lantaran hanya mempunyai kain satu helai dan sudah terlihat usang,Soeharto kecil pun meminjam kain kepada bibinya.

“Tapi, pada suatu hari saya bernasib jelek. Waktu turun dari sepeda saya yang reot, kain yang saya pakai tersangkut pada per sadel yang menonjol ke luar dan sobek. Saya dicela oleh klerek yang saya dampingi,” ujar Soeharto.

Tidak hanya klerek, Soeharto pun dimarahi bibi yang meminjaminya kain. “Saya dibentaknya, dengan mengatakan, kain itu adalah satu-satunya kain yang baik. Tak ada lagi yang lainnya yang bisa diberikan, sekalipun mungkin saja sebenarnya ia masih mau menolong,” tutur Soeharto.

Peristiwa tersebut lantas membuat Soeharto berhenti dari pekerjaannya dan kembali menganggur. Soeharto pun mengisi hari-harinya dengan bergotong royong membangun sebuah langgar, menggali parit dan membereskan lumbung.

“Tetapi setelah itu, hari depan saya gelap lagi,” ujarnya.

Cerita Presiden Soeharto, pengamen dan koruptor

Cerita Presiden Soeharto, pengamen dan koruptor

Presiden kedua Soeharto sedang merayakan ulang tahun pernikahannya yang ke-39 bersama Ibu Tien. Mereka mengundang empat pengamen jalanan ke kediaman Soeharto di Jl Cendana, Jakarta. Diundang orang paling berkuasa kala itu, tentu saja pengamen yang cuma biasa menyanyi di emper toko itu merasa grogi.

“Mereka seperti merasa malu, merasa rendah diri dengan pekerjaan mereka itu, tercermin dari lagu-lagu yang mereka nyanyikan,” kenang Soeharto dalam autobiografi SoehartoPikiran Ucapan dan Tindakan Saya yang diterbitkan Cipta Lamtoro Gung Persada halaman 385.

Soeharto menyemangati mereka. Menurutnya seorang pengamen yang mencari rezeki dengan halal masih lebih mulia dari koruptor atau pencuri.

“Kamu jangan malu mengamen. Tidak usah menundukkan kepala. Ngamen itu pekerjaan halal. Ngamen itu lebih baik dari nganggur, lebih baik dari nyolong, daripada mencuri,” kataSoeharto.

Soeharto juga meminta harus sabar menghadapi hidup. Jangan putus asa kalau dicaci maki. Kemudian Soeharto memberikan empat gitar para pengamen.

Sayangnya tak semua kroni Soeharto juga dinasihati seperti itu. Kasus korupsi besar yang melibatkan Soeharto dan para loyalisnya kebanyakan tak pernah diusut sampai kini.

Soeharto diduga korupsi di tujuh yayasan (Dakab, Amal Bakti Muslim Pancasila, Supersemar, Dana Sejahtera Mandiri, Gotong Royong, dan Trikora). Totalnya tak kurang dari Rp 1,4 triliun. Badan Pertanahan Nasional juga pernah mengumumkan tanah Keluarga Cendana tersebar di 10 provinsi di Indonesia.

Akhirnya majelis hakim Pengadilan Negeri menghentikan kasus Soeharto dengan alasan kesehatan.

Kategori:Uncategorized

Tempat makan favorit para kepala negara

April 1, 2013 1 komentar

Tempat makan favorit para kepala negara

Presiden juga orang biasa. Selain makan resmi dalam sebuah acara kenegaraan, tak jarang mereka juga makan lesehan di kaki lima. Tak jarang pula mereka datang langsung ke rumah makan yang dituju untuk menikmati makanan kesukaan.
Presiden Soeharto misalnya. Presiden yang paling lama masa menjabatnya ini menyukai makanan khas Jawa Tengah. Seperti sayur sambal goreng tempe dan cabuk. Cabuk terbuat dari ketupat yang diiris tipis, disiram dengan saus wijen campur kemiri dan kelapa parut, serta diberi kerupuk karak. Makanan ini disajikan dengan di atas daun pisang (pincuk).

Biasanya, Soeharto tak lupa berkunjung ke warung Bu Wongso Lemu untuk menyantap nasi liwet, jika berkunjung ke Solo. Soeharto juga doyan sate kambing Mbok Galak. Di Jakarta, Bakmi Jawa Haji Minto di Stasiun Gondangdia juga menjadi langganannya.

Bagaimana dengan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Soekarnoputri? Kedua mantan kepala negara tersebut ternyata punya selera yang sama. Keduanya suka gado-gado Pinangsia yang terletak di daerah Pinangsia, Tambora, Jakarta Barat. Persisnya, di Jalan Pintu Besar Selatan II Nomor 16.

Kalau datang dari arah Kota, Anda tinggal menyusuri Jalan Pintu Besar Selatan yang menyatu dengan Jalan Hayam Wuruk. Di kiri jalan sebelum Harco Glodok, Anda akan menjumpai Jalan Pintu Besar Selatan II. Nah, di jalan tersebut Gado-Gado Direksi bercokol.

Presiden BJ Habibie punya selera lain. Pria asal Pare-Pare, Sulawesi Selatan tersebut ternyata suka makan di rumah makan Padang, RM Sari Bundo, yang terletak di Jalan Juanda, tepatnya seberang kantor Sekretariat Negara.

Kategori:Uncategorized

Kala Soeharto dan Ibu Tien rindu makan lesehan Malioboro

Kala Soeharto dan Ibu Tien rindu makan lesehan Malioboro

Presiden kedua Soeharto dan Ibu Tien sama-sama menghabiskan masa kecil hingga dewasa di Yogyakarta. Mereka akrab dengan keseharian daerah tersebut, termasuk kulinernya. Ketika masih menjadi perwira militer di Yogyakarta, Soeharto dan Tien kerap menyantap gudeg dan makanan lain sambil lesehan di kawasan Jl Malioboro.

Hingga berkuasa dan menjadi Presiden Indonesia, pasangan ini ternyata masih memendam kerinduan untuk makan lesehan di Jl Malioboro seperti rakyat biasa.

Kisah soal lesehan ini diceritakan kolega SoehartoEmil Salim dalam buku Pak Harto The Untold Stories yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama. Saat itu Pak Harto dan Ibu Tien pulang meresmikan renovasi Candi Borobudur. Ketika sampai di Yogyakarta, hari menjelang senja.

Lampu-lampu penjaja makanan mulai dinyalakan. Jl Malioboro mulai ramai oleh pecinta kuliner. Eksotisme khas Yogyakarta yang sulit dicari bandingannya di manapun.

“Rupanya Pak Harto mendengarkan istri tercinta beliau, Ibu Tien, yang rindu bersantap lesehan seperti masyarakat biasa di warung-warung di sepanjang Malioboro,” kisah Emil Salim.

Sayangnya keinginan itu tak bisa dikabulkan. Pasukan Pengamanan Presiden tak ingin keselamatan Soeharto dan Tien terancam. Makan di tempat terbuka seperti Jl Malioboro dinilai berbahaya.

Untunglah Sultan Hamengkubuwono memberikan kejutan. Sultan Yogya ini memindahkan beberapa penjual makanan lesehan di Malioboro berdagang di Aula Gedung Agung, tempatSoeharto menginap. Terciptalah suasana ala jalan legendaris itu di tempat penginapan presiden, khusus malam itu.

“Pak Harto terlihat sangat santai ketika mengajak kami semua menikmati hidangan pinggir jalan favorit masyarakat itu. Ia tampak ceria ketika menjelaskan kepada saya bahan-bahan makanan serta cara memasak menu-menu favoritnya dan Ibu Tien. Malam itu saya menyaksikan kecintaan Pak Harto terhadap budaya bangsa kita. Itu juga membuktikan dia tidak pernah melupakan akarnya,” kenang Emil Salim yang pernah menempati posisi beberapa menteri era Soeharto ini.

Soeharto dalam berbagai kesempatan memang selalu mengaku menyukai kuliner rakyat kebanyakan.

“Hidangan yang paling saya sukai adalah tetap lodeh buatan istri saya sendiri, atau ikan bakar atau goreng belut yang membawa kenangan di masa kanak-kanak,” kata SoehartoSeperti ditulis dalam autobiografi Soeharto Pikiran Ucapan dan Tindakan Saya yang diterbitkan Cipta Lamtoro Gung Persada.

Kebiasaan makan Pak Harto ini mengejutkan sebagian besar menteri atau pejabat negara. Mereka tak mengira makanan seorang presiden begitu sederhana. Saat makan, Soehartosering mengajak para pengawal dan ajudannya untuk bergabung.

Sate buntel Mbok Galak, menu favorit Soeharto di Solo

Sate buntel Mbok Galak, menu favorit Soeharto di Solo

Tak hanya nasi liwet, mantan Presiden Soeharto juga sangat menyukai daging kambing. Salah satu yang menjadi favorit adalah sate kambing Mbok Galak, di Jl Ki Mangun Sarkoro, Sumber, Solo. Bagi para peminat olahan daging kambing, ada baiknya mencoba mencicipi menu ini.

Meski namanya Mbok Galak (Ibu Galak), sang pemilik yang bernama asli Sakiyem, semasa masih hidup, sama sekali tak seram atau galak. Sakiyem yang meninggal 3 bulan lalu, selalu ramah kepada siapapun.

Menurut Sudharto, suami mendiang Sukiyem, Pak Soeharto sangat menyukai sate buntel bakar dan tengkleng.

“Kalau beliau pulang ke Solo, pasti pesan di sini. Minimal itu seratus porsi. Tapi dibawa ke Dalem Kalitan. Biasanya yang ke sini sopir atau pembantunya,” ujar Sudharto ketika ditemui merdeka,com, Jumat (8/3).

Menurut Sudharto, ada banyak menu misalnya tengkleng, gule, dan tongseng. Namun yang paling disukai, sate kambing buntel, yang tidak disajikan dengan tusuknya tetapi dilepaskan. Sate kemudian dilengkapi dengan irisan daun kol, jeruk nipis dan cabai rawit utuh.

Saat Soeharto masih hidup, Sudharto mengaku, warungnya sangat ramai, dikunjungi pembeli. Dalam sehari bisa menghabiskan kambing 10 hingga 15 kambing. Namun saat ini rata-rata hanya 10 ekor kambing saja. Warung favorit keluarga Cendana ini, mulai buka dari pukul 10.00-20.00. Tiap porsi sate (10 tusuk), gule, dan, tongseng dihargai Rp 30.000.

Kategori:Uncategorized

Tiap ke Solo, Soeharto pesan 100 porsi nasi liwet Bu Wongso

Tiap ke Solo, Soeharto pesan 100 porsi nasi liwet Bu Wongso

Nasi Liwet Bu Wongso Lemu tak hanya terkenal di kota Solo. Warung sederhana itu terletak di Jalan Teuku Umar, tak jauh dari pusat kota Solo. Nasi liwet disajikan di atas pincukan daun pisang, membuat makan ini menjadi lebih nikmat, ditambah potongan ayam kampung atau telur pindang.

Puluhan tahun lalu, saat Presiden Soeharto masih berkuasa, warung nasi liwet yang dekat dengan Istana Mangkunegaran selalu ramai diserbu ratusan pembeli. Lantaran sang presiden dan keluarganya kala itu, begitu gemar menyantapnya. Bahkan warung ini adalah tempat makan favorit mantan Presiden Soeharto semasa hidupnya.

“Iya dulu pak Soeharto kalau pulang ke Dalem Kalitan, pasti memborong nasi liwet bu Wongso. Biasanya 100 porsi, atau pincuk, pakai ayam dan telur,” ujar Ny Cipto Sukanto (58) anak pertama Wongso Lemu, yang kini meneruskan usaha ibunya.

Soeharto katanya sangat suka nasi liwet, lengkap dengan lauknya. “Biasanya pakai paha ayam, jerohan atau telur pindang. Itu kesenagan bapak dan keluarga,” katanya.

Pelayan peracik nasi liwet memakai kebaya. Terkadang pembeli ditemani para sinden Jawa. Buka Senin sampai Minggu, dari pukul 17.00 -01.00 WIB. Harga per porsi nasi liwet mulai dari Rp 15.000.

“Pak Soeharto itu sering pulang ke Solo. Tapi kalau ke Solo nggak mau kesini. Bapak itu pasti ndhawuhi (minta tolong) sopirnya, untuk membeli ke sini,” ungkap Wongso, anak ke 2 Wongso Lemu

Kategori:Uncategorized

Soeharto jawab isu punya selir bintang film

Soeharto jawab isu punya selir bintang film

Periode 1980an, beredar isu Presiden Soeharto selingkuh dengan bintang film cantik yang sedang ngetop kala itu. Semua kalangan mulai dari ibu rumah tangga, mahasiswa, hingga kuli bangunan membahasnya sambil bisik-bisik. Namanya era Orde Baru, ketahuan membicarakan presiden selingkuh bisa-bisa ditangkap.

Bintang film itu berinisial R. Dia membintangi beberapa film era 70 dan 80an. Isu itu juga menyebutkan Ibu Tien Soeharto mengamuk saat mengetahui suaminya selingkuh.

Soeharto menepis kabar perselingkuhan tersebut. Dia mengaku kabar angin tersebut dihembuskan untuk menjatuhkan dirinya menjelang Pemilu.

“Isu itu menyebutkan seolah-olah saya, Presiden RI, mempunyai selir atau simpanan bintang film terkenal. Isu itu rupanya sudah lama beredar dan dibangkitkan lagi menjelang Pemilu 1982,” bantah Soeharto dalam autobiografi Soeharto Pikiran Ucapan dan Tindakan Saya yang diterbitkan Cipta Lamtoro Gung Persada.

Soeharto mengaku terganggu dengan isu itu. Menurutnya dia sama sekali tidak kenal dengan R, bintang film itu.

“Isu itu berkembang di tengah mahasiswa dan ibu rumah tangga. Padahal kenal dan jumpa pun saya tidak pernah dengannya. Isu-isu semacam itu cuma upaya buruk dari sementara pihak yang tidak suka pada saya,” kata Soeharto.

Soeharto lalu berkisah soal keluarganya yang harmonis dan sakinah. Menurut Soeharto, cintanya hanya pada Tien seorang.

“Kami-istri dan saya, memang sama-sama setia, saling mencintai, penuh pengertian dan saling mempercayai,” kata Soeharto.